Lead to Serve

Presiden dan wakil presiden terpilih sudah secara resmi diumumkan. Mari kita selalu mendukung para wakil rakyat yang terpilih ini dalam doa. Semoga Tuhan memakai mereka, untuk membawa kemajuan dan kedamaian bagi negeri🙏🏼

Bukan hanya berbicara tentang pemimpin atau pejabat negara, pemimpin di seluruh lini usaha dan organisasi, dalam bidang sekuler hingga kerohanian, dari semuanya didapati ada 2 jenis motivasi dari para pemimpin yang duduk di kursi masing-masing. Entah termotivasi untuk semakin dapat memfasilitasi, atau justru supaya makin dapat fasilitas. Hanya pemimpin itu dan Tuhan yang tau. Menikmati fasilitas memang wajar dan diperbolehkan, tapi hal itukah yang menjadi fokusnya?

Berkaca pada Yesus Sang Anak Allah yang turun ke dunia, bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, bahkan sampai memberikan Nyawa-Nya, begitulah seharusnya anak-anak Tuhan menjalankan kepemimpinannya.

Dunia ini memimpin dengan tangan besi, namun kepemimpinan dari anak Tuhan pertama teruji keberhasilannya dari cara pikir dan gaya hidup yang tidak menjadi sama dengan dunia yang gila hormat dan haus kekuasaan. Ketika ia duduk di atas, ia tidak merasa jadi si superior. Ia mau turun untuk melayani, bahkan menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri.

”Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;“ (Filipi‬ ‭2‬:‭3‬).

Ia menggunakan jabatannya untuk dapat lebih melayani :
”Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,“” (Matius‬ ‭20‬:‭26‬).

Sebuah kontradiksi dengan dunia. Hati hamba yang dimiliki sang pemimpin inilah yang membuat Petrus dan semua murid terperanjat, ketika Yesus Guru dan Tuan di mata mereka, malah sudi berlutut mencuci kaki murid-Nya satu per satu.

“Dalam pekerjaan dan pelayanan, sudikah kita direpotkan? Tersita waktu dan tenaga? Untuk orang lain kah kita ada di sana? Atau untuk kepentingan diri sendiri?”

Pertanyaan yang harus terus kita uji ulang. Sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan semua kepercayaan yang sudah Tuhan berikan. Mungkin saat ini kita belum punya jabatan “penting” dalam pekerjaan dan pelayanan. Gak masalah, memang kepemimpinan bukan tentang posisi melainkan fungsi.

Yang terpenting, kiranya kita didapati oleh Tuhan sebagai hamba yang setia mengelola perkara kecil. Hingga kelak dapat masuk dalam kebahagiaan Tuannya, untuk dipercaya hal besar (Matius 25:23).

Ingat, semua hal dalam dunia ini masih perkara kecil. Setinggi apapun posisi kepemimpinan kita, jangan menjadi tinggi pula hati ini.

Previous
Previous

Looking Beyond the Seed

Next
Next

Courage to Shift Atmospheres