My Biggest Enemy Was My Inner Me

Pandangan setiap individu menganggap jalannya lurus menurut sudut pandangnya masing-masing. Namun, apa yang menjadi standar untuk 'lurus'? Apa yang menjadi dasar untuk 'baik'? Tanpa adanya standar yang jelas, setiap orang mungkin merasa bahwa jalannya lurus sesuai dengan ideologinya sendiri.

Itulah mengapa, sebagai pengikut Kristus, Firman Tuhan adalah satu-satunya dasar, standar, dan pedoman kita dalam mengukur & melaksanakan segala sesuatu. Melakukan yang benar, bukan hanya apa yang terasa enak & nyaman bagi kita.

Pengampunan tidak memiliki arti tanpa pertobatan. Pertobatan adalah keputusan penting yang harus diambil. Tidak mungkin seseorang mengaku percaya kepada Yesus tetapi menolak untuk melakukan apa yang Ia ajarkan. Kita harus belajar untuk hidup sesuai dengan ajaranNya, sebagai orang yang telah diselamatkan dengan hormat dan takut akan Tuhan.

1 Petrus 4:1-2 TB mengatakan, “Sebab itu, karena Kristus telah menderita dalam daging, kamu pun harus bersenjatakan diri dengan pikiran yang demikian juga, sebab barangsiapa telah menderita dalam daging, ia telah berhenti berbuat dosa, supaya ia tidak lagi hidup menurut keinginan manusia, melainkan menurut kehendak Allah.”

Yang harus kita lawan setiap hari adalah diri kita sendiri, karena pikiran kita adalah senjata kita dalam menghadapi & merespons segala situasi dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, kita harus terus memikul salib, menyangkal diri, hidup dengan pertobatan yang sungguh-sungguh untuk semakin mengenal Tuhan & melaksanakan kehendakNya. Setiap detik dalam hidup ini, kita harus terus berjuang melawan keinginan daging kita yang menyesatkan.

Previous
Previous

Willingness to Change

Next
Next

This is How We Fight Our Battles